Moneter dan Bank
1.
Pengertian
Uang Beredar
Yang dimaksud
dengan penawaran uang adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Perubahan
jumlah uang yang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang inti dan pelipat
uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-tindakan yang
ditentukan oleh pemerintah khususnya bank sentral. Pelipat uang, di lain pihak,
disamping dipengaruhi oleh perilaku bank sentral juga ditentukan oleh perilaku
agen-agen ekonomi lainnya seperti bank umum dan masyarakat domestic. Oleh
karena itu, selain bank sentral, bank-bank umum dan masyarakat domestic juga
memberikan andil dalam proses penciptaan uang.
Uang
beredar (MS) tercipta melalui interaksi pasar yaitu permintaan dan penawaran
uang,jadi uang beredar dapat bertambah dan berkurang tergantung tarik-menarik
antara permintaan dan penawaran uang yang tercermin pada perilaku pelaku utama
dalam pasar uang.
Proses
terciptanya uang beredar adalah merupakan “proses pasar” artinya hasil
interaksi antara permintaan dan penawaran, dan bukan sekedar pencetakan uang
atau suatu keputusan Pemerintah belaka. Apabila misalnya pada suatu waktu
permintaan akan uang inti tidak “klop” dengan penawaran uang inti, maka para
pelaku dalam pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa
tindakan-tindakan di sub-pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan
antara permintaan dan penawaran.
Sangat
perlu dipahami bahwa konsep uang sangat terkait pada konsep likuiditas. Suatu
asset likuid adalah asset yang dengan mudah dapat diuangkan dengantanpa
kehilangan risiko rugi. Pada satu sisi ekstrim dari spectrum likuiditas, uang
tunai adalah asset yang paling likuid dengan daya beli penuh. Pada tingkat
spektrum likuiditas moderat kita mengenal uang kuasi yang secara definitive
tidak secara langsung berfungsi sebagai medium of exchange. Pada sisi ekstrim
lainnya kita mengenal asset-aset fisik yang sangat tidak likuid sebagai alat
pertukaran seperti rumah, tanah, obligasi jangka panjang dan sebagainya
2.
Penawaran
Uang Tanpa Bank
Teori ini
merupakan gambaran ketika perekonomian/pertukaran masih menggunakan dan emas
adalah satu satunya alat pembayaran & belum ada system perbankan yang
mempengaruhi penggunaan alat tukar tersebut. Jumlah alat tukar ini (peredaran
dan proses penawaran nya) di masyarakat berubah ubah sesuai dengan tersedianya
emas di masyarakat .Ciri penawaran/Supplay emas pada zaman tersebut
·
Jumlah
emas/alat tukar yang beredar ber ubah ubah ( bisa turun atau naik).
·
Jumlah
emas turun apabila terjadi difisit neraca pembayaran luar negeri untuk pembayaran
barang (dikirim keluar karena impor > ekspor ).
·
Terjadi
perubahan jumlah emas ini juga bisa dikarenakan adanya peningkatan penggunaan
emas untuk produksi lain ( perhiasan ).
·
Jumlah
Emas juga akan naik jika terjadi surplus pembayaran luar negeri atau ditemukan
tambang emas baru )
·
Uang
beredar benar benar ditentukan secara otomatis oleh proses pasar diatas ( tidak
ada campur tangan pemerintah/otoritas moneter yang melakukan kebijakan moneter
)
·
Penambahan
produksi emas ( di tambang dan di murnikan ) oleh produsen emas mengikuti hukum
perilaku produsen / penawaran (mengikuti permintaan dan harga emas tersebut )
jika harga emas tinggi dibandingkan barang yang dipertukarkan maka produksi
emas akan tinggi, namun kemudian jika suplay emas berlebih harga emas akan
turun dan suplay nya akan berkurang )
·
Teory
penawaran uang ( system emas ) belum berkembang dan masih dalam bentuk yang
sederhana, karena tidak banyak memerlukan campur tangan untuk mempengaruhi
jumlah-nya
3.
Teori
Penawaran Uang Modern
Dalam dunia
pertukaran modern, para produsen emas tidak mempunyai peranan moneter lagi
karena dalam system standar uang kertas, sumber dari terciptanya uang beredar
adalah otoritas moneter ( Pemerintah , Bank Sentral ( supplier uang inti) dan
Lembaga keuangan/ perbankan (supplier uang sekunder) ).
Pasar
uang itu terdiri dari 2 sub-pasar yaitu sub-pasar uang primer dan
sub-pasar uang sekunder. Masing-masing mempunyai permintaan dan penawarannya,
namun kedua sub tersebut sangat erat berhubungan satu sama lain. Sub-pasar uang
primer bersifat lebih fundamental karena uang sekunder (giral) hanya bisa
tumbuh karena ada uang primer. Uang sekunder (giral) diciptakan oleh bank
berdasarkan atas uang primer yang dipegang bank (cadangan bank). Tanpa ada uang
primer tersebut tidak akan bisa diciptakan uang Sekunder. Jadi kedua sub-pasar
tersebut bisa dibedakan secara konsepsi tetapi jelas kiranya bahwa dalam
kenyataan keduanya tidak terpisahkan satu sama lain.
Karena
ke dua sub-pasar tersebut sangat erat terkait satu sama lain, maka para pelaku
tersebut baru berhenti melakukan tindakan-tindakan penyesuaian hanya apabila
permintàan dan penawaran di masing-masing sub-pasar mencapai keseimbangan
secara bersarna-sama (simultan). Apabila pada suatu saat, katakan, sub-pasar
uang inti mencapai ke seimbangan tetapi sub-pasar uang sekunder belum, maka
keseimbangan yang sebenarnya belum tercapai. Di sub-pasar uang sekunder akan
terjadi tindakan-tindakan penyesuaian yang mempengaruhi permintaan dan
penawarannya. Perubahan pada permintaan dan penawaran uang sekunder (giral)
pasti akan mempengaruhi permintaan dan penawaran uang inti.
Jadi
sub-pasar uang inti yang tadinya sudah seimbang menjadi tidak seimbang, dan
tentu kemudian akan ada tindakan-tindakan penyesuaian di sub-pasar ini. Proses
penyesuaian ini akan terus terjadi (di kedua sub-pasar tersebut) sampai kedua
sub pasar tersebut mencapai keseimbangan secara bersama-sama (simultan). Baru
apabila keadaan ini tercapai, maka pasar uang secara keseluruhan mencapai
keseimbangan yang sesungguhnya (equilibrium ).
4.
Money
Multiplier (Pelipat Uang)
Proses pelipatan
uang atau money multiplier merupakan proses pasar ( penyesuaian antara
permintaaan dan penawaran uang ).Proses pelipatan itu dimungkinakan karena
adanya lembaga yang disebut bank,yang tidak harus menjamin secara penuh uang
giral yang diciptakannya dengan uang tunai.Seandainya cash ratio yang dipegang
bank adalah 100%,maka proses pelipatan uang tidak akan terjadi.
Uang
giral ( demand deposit,time deposit dan saving deposit) tidak harus dijamin
secara penuh dalam bentuk uang tunai pada bank.Uanggiral
sebesar Rp.10.000 misalnya bank hanya perlu menyimpan uang tunai
(cadangan bank) sebesar Rp.500 ( jika cash ratio yang berlaku 5 % ).Artinya
dengan memegang uang inti sebesar Rp.500 bank bias menciptakan uang
giral sebesar Rp.10.000.Jadi bank menciptakan uang giral Rp.9.500
(Rp.10.000 – Rp. 500) .Oleh karena itu setiap tambahan uang inti sebesar
Rp.1 akan dapat menciptakan tambahan uang beredar yang lebih besar daripada
Rp.1.Dalam kenyataanya uang yang diciptakan bank,tidak hanya bergantung pada
kemauan bank semata,tetapi tergantung pula pada hasil interaksi para pelaku
pasar.
Secara ringkas
proses pelipatan uang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
M1 = B
dimana
c =
C/M1 dan r = R/DD
Persamaan
tersebut menunjukkan bagaimana uang inti B dilipatkan menjadi uang beredar
M1,Sedangkan 1/c+r(1-r) adalah koefisien pelipat uang (money multiplier).Nilai
koefisien pelipat uang biasanya lebih dari satu. Semakin kecil nilai c dan
r,akan semakin besar nilai koefisien pelipat uang.Nilai c yang rendah
artinya,masyarakat lebih suka menyimpan uang tunainya di bank daripada dirumah
dan bank memiliki banyak uang inti yang akan dilipatkan.Sedangkan nilai r yang
rendah artinya,lebih banyak uang giral yang bias diciptakan dari setiap rupiah
uang inti yang dipegang olah bank. Nilai c dan r mencerminkan perilaku
masyarakat dan bank. Besarnya uang beredar yang dipegang oleh masyarakat dalam
bentuk tunai mencerminkan keinginan dan perilaku masyarakat .
5.
Pengertian
pasar komoditi atau barang
Pasar barang/komoditi atau dikenal
dengan Bursa komoditi adalah suatu pasar yang kegiatannya mempertemukan antara
penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi jual atau beli barang/komoditi
tertentu. Dalam pasar komoditi, barang yang diperjual-belikan adalah
barang/komoditi yang laku dijual di pasar dunia/internasional, misalnya kopi,
kedelai, kakao, gula, jagung, tembakau, karet, CPO (crude palm oil), emas,
perak, tembaga, dan lainnya.
Pada pasar/bursa komoditi dilihat
dari sisi penyelenggarakan perdagangan dapat dibedakan menjadi dua macam pasar,
yaitu:
a)
Pasar fisik,
adalah suatu kegiatan perdagangan yang penyerahan barang dagangan dari penjual
kepada pembeli biasanya dilakukan segera setelah transaksi atau ada penyerahan
barang secara tunai. Pada pasar fisik terjadi transaksi efektif. Transaksi
efektif menunjuk pada suatu transaksi jual beli di bursa yang di akhiri dengan
penyerahan barang dagangan dari penjual kepada pembeli secara nyata.
b)
Pasar
komoditi berjangka adalah suatu kegiatan perdagangan dalam hal ini yang
diperdagangkan adalah surat kontrak yang mewakili barang yang disimpan di
gudang. Pada pasar ini setelah terjadi transaksi tidak segera diikuti dengan
penyerahan barang. Biasanya penyerahan barang dilakukan kemudian atau beberapa
waktu bahkan beberapa bulan kemudian sesuai dengan perjanjian. Pada pasar
komoditi berjangka motif utama transaksi seringkali hanya spekulatif bukan
merupakan transaksi jual beli secara murni. Pada transaksi dengan motif
sepekulasi yang lebih dominan, maka transaksi tidak diakhiri dengan penyerahan
barang, karena tujuannya bukan menyelesaikan persetujuan dagang dengan serah
terima barang, melainkan pembayaran dan penerimaan dari adanya perbedaan harga.
Berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak
Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka.Perdagangan berjangka disebut Bursa
Berjangka, yang selanjutnya sering disebut dengan Bursa yang memperdagangkan
Kontrak Berjangka berbagai komoditi. Tempat untuk memperdagangkan Kontrak
Berjangka juga disebut pasar berjangka.
6. Variabel-variabel Ekonomi Agregatif
Dalam Pasar Komoditi
Berikut ini
merupakan variabel-variabel agregatif yang termasuk sebagai pasar komoditi
yaitu :
·
Pengeluaran
konsumsi rumah tangga (C)
·
Saving atau
tabungan (S)
·
Pendapatan
nasional (Y)
·
Investasi
(I)
·
Tingkat
harga (P)
·
Pengeluaran
konsumsi pemerintah (G)
·
Transfer
pemerintah (Tr)
·
Ekspor
(X)
·
Impor
(I)
a. Fungsi Investasi
Investasi (I) diperlakukan sebagai variabel
endogenous, yaitu variabel yang nilainya ditentukan di dalam persamaan fungsi.
Investasi dapat di formulasikan dalam bentuk persamaan fungsi sebagai berikut:
I = I0 + re
Dimana :
I = Besarnya investasi
I0 = Besarnya investasi pada tingkat bunga (r)
sebagai nol (0)
e = Marginal Propensity to Invest (hasrat investasi
marjinal) adalah besarnya angka perbandingan antara perubahan investasi dengan
perubahan tingkat bunga, secara singkat dapat diformulasikan :
e= ∆I/∆r
b.
Fungsi
Konsumsi (Consumption Curve)
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang
menunjukkan hubungan berbagai tingkat konsumsi dengan tingkat pendapatan
nasional dalam suatu perekonomian. Pada umumnya fungsi konsumsi diasumsikan
mempunyai persamaan fungsi sebagai berikut:
C =
C0 + Cl
Dimana :
C = Besarnya tingkat konsumsi rumah
tangga
C0 = Besarnya pengeluaran konsumsi
pada saat pendapatan nasional sebesar nol
c = MPC Marginal Propensity to Consume
(besarnya hasrat atau keinginan masyarakat dalam berkonsumsi) adalah angka
perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan
pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi termaksud atau
secara matematis dapat di ungkapkan:
c = MPC = ∆C/∆Y
Y : Pendapatan nasional
c.
Fungsi
Saving
Fungsi saving (saving curve) adalah
suatu kurva yang menunjukkan hubungan berbagai tingkat pendapatan nasional
dalam suatu perekonomian.
S = S0 + sY
Dimana :
S = Besarnya tingkat tabungan rumah
tangga
S0 = -C0 : Besarnya tabungan
masyarakat pada saat pendapatan sebesar 0 (nol) konsumsi pada saat tingkat
pendapatan (Y) sebesar 0 (nol)
s = MPS Marginal Propensity do Save
(besarnya hasrat atau keinginan masyarakat dalam menabung) adalah angka
perbandingan antara besarnya peruahan pendapatan nasional.
Y = Pendapatan nasional
7.
Menurunkan
Kurva IS
Dalam analisis
keseimbangan di sektor riil, kondisi keseimbangan perekonomian dapat
digambarkan ke dalam sebuah kurva yang di sebut kurva IS. Kurva IS adalah
tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat bunga (i) dan
pendapatan nasional (Y), di mana pasar barang berada dalam kondisi
keseimbangan.
Untuk
menghasilkan kurva IS kita mulai dari diagram I dengan mengambil salah satu
titik tingkat bunga, misalnya i0. Pada tingkat bunga sebesar i0, investasi yang
dilaksanakan sebesar I0 dan dalam keadaan keseimbangan, besarnya tabungan
adalah S0. Tabungan sebesar S0 terjadi apabila pendapatan sebesar Y0.
Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka kita memperoleh satu
titik dari kurva IS (misalnya kita beri nama titik A). Untuk menggambarkan
suatu kurva (kita anggap kurva IS adalah linier) minimal harus ada dua titik
sehingga dengan demikian kita perlu mengambil salah satu titik tingkat bunga
lagi misalnya i1. Pada tingkat bunga sebesar i1, investasi yang diinginkan
sebesar I1, dan dalam keadaan seimbang besarnya tabungan sebesar S1. Tabungan
sebesar S1, terjadi apabila pendapatan sebesar Y1. Apabila keadaan tersebut
kita bawa pada grafik IV, maka kita memperoleh satu titik lagi dari kurva IS
(misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik A dan titik B kita hubungkan
maka kita akan memperoleh kurva IS, yaitu kurva yang menggambarkan keseimbangan
di sektor riil (pasar barang) yang berlereng negatif. Ini memberi petunjuk
bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan tingkat bunga,
maka turunnya investasi dan turunnya investasi secara langsung akan menyebabkan
turunnya pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun maka
pendapatan nasional akan naik. Karena, turunnya tingkat bunga akan menyebabkan
naiknya investasi.
Diagram
I menunjukkan hubungan antara tingkat bunga (i) dan jumlah investasi (I),
diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, di mana tabungan sama
dengan investasi S=I. Diagram III menunjukkan hubungan antara tabungan (S)
dengan pendapatan (Y), dan diagram IV menunjukkan kurva IS, yaitu kurva yang
menghubungkan antara titik-titik tingkat bunga (i) dan pendapatan (Y).
![]() |
Kurva IS dapat pula diturunkan dengan cara lain seperti ditunjukkan dalam gambar. Diagram I menunjukkan fungsi investasi, dimana penurunan di dalam tingkat bunga yaitu dari i0 ke i1 telah menyebabkan investasi naik dari I0 ke I1 . Dalam diagram II ditunjukkan bagaimana kenaikan dalam investasi akibat dari penurunan tingkat bunga telah menyebabkan kurva permintaan atau pengeluaran agregat (AD) bergeser ke kiri atas yaitu dari AD0 ke AD1 , yang selanjutnya akan mendorong pendapatan naik dari Y0 ke Y1 . Sedangkan diagram III menunjukkan kurva IS yang menghubungkan tingkat bunga dan pendapatan, dimana tingkat bunga yang semakin rendah telah menyebabkan pendapatan semakin besar, dan sebaliknya.
a.
Menurunkan
Kurva IS Metode Matematik
Cara lain yang
dapat digunakan untuk memperoleh (menurunkan) kurva IS adalah dengan cara
(metode) matematika. Dengan syarat Diana keseimbangannya adalah :
S = I ,
maka dapat diturunkan kurva (fungsi) IS sebagai berikut :
S = I
Y – C = I
Y = C + I
Y = ( C0 +
cY) + ( I0 + er )
Y = C0 + cY
+ I0 + er
Y
– cY = C0 + I0 + er
( 1 – c ) Y =
C0 + I0 + er
Y= 1/(1-c) (C0 +
I0 + er)
Sumber :

Tidak ada komentar:
Posting Komentar