1. Pengertian permintaan uang menurut
klasik
Teori permintaan uang Klasik bermula dari teori
tentang jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori
ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan tentang alasan seseorang menyimpan uang
dalam bentuk kas, namun lebih pada peranan uang dalam
perekomian. Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan dan
penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori ini
adalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang beredar dengan
nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variable dijabarkan lewat konsepsi
teori mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang beredar atau
penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya
menentukan nilai uang.
2. Menghitung permintaan uang menurut
Richardo, irving visher dan marshall
a. Irving Fisher merumuskan teori
kuantitas uang sebagai berikut:
M.V = P.T
Dimana:
M = Jumlah Uang Beredar (JUB)
V = Perputaran uang dari satu orang
ke orang lain dalam satu periode
P = Harga barang
T = Volume barang yang
diperdagangkan
Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai barang yang diperdagangkan (sisi
kanan dari tanda sama dengan) sama besarnya dengan JUB dikalikan dengan
kecepatan perputarannya. Meskipun persamaan di atas tidak mencerminkan
permintaan uang, namun dapat diubah bentuk menjadi persamaan permintaan uang.
Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari penggunaan uang dalam
proses transaksi. Setiap perekonomian dalam setiap tahap pertumbuhannya
mempunyai sistem kelembagaan yang menentukan sifat dari proses transaksi. Besar
kecilnya nilai perputaran uang setiap periode tertentu (V) ditentukan oleh
sifat dari proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu periode
tertentu. Sistem kelembagaan ini mencakup faktor-faktor misalnya tingkat
“monetisasi” sektor ekonomi (masyarakat agraris tradisional memerlukan uang
yang lebih kecil untuk setiap volume transaksi daripada masyarakat industri),
kebiasaan memberi kredit perdagangan oleh supplier kepada
pembelijuga bisa mengakibatkan menurunnya kebutuhan akan uang dan jaringan
perbankan memungkinkan dana bisa dikirim antar daerah secara cepat dan
mengakibatkan kebutuhan uang menurun.
Implikasi dari teori moneter dari
Irving Fisher adalah:
·
Permintaan
akan uang dalam masyarakat merupakan suatu proporsi dari volume transaksi, dan
volume transaksi merupakan suatu proporsi konstan pula dari tingkat pendapatan
nasional. Jadi permintaan uang pada analisa terakhir ditentukan oleh tingkat
pendapatan nasional saja, tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
tingkat bunga.
·
Dari segi
kebijaksanaan ekonomi makro, teori moneter ini mempunyai implikasi yang
penting, yaitu bahwa tingkat pendapatan nasional equilibrium tidak bisa
dipengaruhi oleh kebijaksanaan fiskal. Dalam kasus ini kebijaksanaan moneterlah
yang paling efektif untuk mengendalikan tingkat pendapatan nasional.[2]
b. Marshall dan Pigou
Teori Marshall dan Pigou (dikenal dengan teori Cambridge) tidak jauh seperti
halnya teori Fisher, teori Cambridge berpangkal pokok pada fungsi uang sebagai
alat tukar umum (means of exchange). Karena itu, teori-teori Klasik
melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat sebagai
kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan transaksi. Perbedaan utama
antara teori ini dengan Fisher, terletak pada tekanan dalam teori permintaan
uang Cambridge pada perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara
berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang salah satunya berbentuk uang.
Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan
dalam bentuk uang. Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku
(pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang
dengan volume transaksi yang direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan
bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor
kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga
masyarakat, dan ramalan/harapan dari masyarakat mengenai masa mendatang. Dalam
teori Cambridge, permintaan uang dirumuskan dengan:
M = k.P.Y
Dimana :
Y = Pendapatan nasional riil
P = Tingkat harga umum
Perbedaan
ini cukup penting, karena teori Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa
faktor-faktor seperti tingkat bunga dan expectation berubah,
walaupun dalam jangka pendek. Dan kalau faktor-faktor berubah maka k juga
berubah. Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga naik, ada kecenderungan
masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi
yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga faktor expectation mempengaruhi,
seandainya masa datang tingkat bunga akan naik (yang berarti penurunan surat
berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat
berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai
yang mereka pegang. Teori Cambridge adalah selangkah lebih maju dari
teori Fisher, meskipun keduanya jelas masih dalam tradisi teori uang Klasik.
c.
Richardo
Teori
kuantitas David Ricardo adalah teori kuantitas sederhana. David Ricardo mengatakan bahwa
nilai tergantung dari jumlah uang yang beredar di masyarakat.Artinya makin
banyak jumlah uang yang beredar maka akan semakin tingga harga barang, dan
sebaliknya. Juml uang beredar dirumuskan:
M = k X P
Ket: M= Money
P = Tingkat
harga barang
k = Konstanta.
3.
Pengertian
Permintaan uang menurut keynes
Keynes
menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan uang.
Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif
transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi.[4] Seseorang memerlukan uang karena
dia akan melakukan transaksi dan untuk berjaga-jaga (kalau sakit, terkena
musibah dan sebagainya yang pada akhirnya merupakan kegiatan transaksi). Selain
itu orang mau memegang uang karena motif spekulasi, dalam hal ini dilakukan
bertujuan untuk memperoleh hasil dari uang yang dipegang maksimum, dengan cara
mengkombinasikan uang yang dipegang dengan bentuk kekayaan lainnya
4.
Perhitungan permintaan uang untuk transaksi berjaga-jaga dan
spekulasi
Ø Permintaan uang untuk tujuan
transaksi dan berjaga-jaga
Keynes
mengatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung
pada pendapatan. Makin tinggi akan uang kas makin tinggi jumlah transaksi yang
dilakukan. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi,
biasanya melakukan transaksi lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat
yang pendapatannya lebih rendah.
Menurut
Keynes, orang meminta uang untuk transaksi harian. Permintaan ini dipengaruhi
oleh besar kecilnya pendapatan. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar
permintaan uang untuk tujuan transaksi. Dari sini jelas bahwa Keynes mengikuti
jejak kaum Klasik bahwa permintaan uang untuk transaksi tergantung dari
pendapatan.
Untuk
memenuhi transaksi yang tak terduga, seperti sakit atau kebutuhan yang tak
terduga lainnya. Permintaan ini juga dipengaruhi oleh pendapatan, semakin besar
pendapatan maka semakin besar permintaan uang untuk berjaga-jaga, atau
sebaliknya. Namun Keynes berbeda dengan kaum klasik dalam hal penekanan pada
motif spekulasi dan
![]() |
peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang untuk spekulasi.
Rumah tangga
dan perusahaan bisnis menyimpan uang untuk tujuan transaksi karena mereka
berpikir akan atau mungkin, ingin melakukan pengeluaran sebelum mereka
memperoleh arus masuk penerimaan uang yang cukup. Biasanya mereka tidak
mempunyai jaminan seperti itu. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk
menyimpan sedikit uang untuk menutupi kelebihan pengeluaran mereka atas
penerimaan mereka selama satu periode.
Keynes
menyatakan bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi merupakan fungsi
pendapatan. Keuntungan ini dilukiskan dalam gambar diatas dimana L1,
menunjukkan jumlah saldo uang riel yang diminta untuk tujuan transaksi.
Terlihat semakin tinggi pendapatan, maka semakin banyak uang yang dipegang untuk
keperluan transaksi (Mt). Hubungan antara permintan uang untuk transaksi dengan
pendapatan rill (Y/P) tidak selalu linier (garis lurus). Dengan demikian jelas
bahwa Keynes mengikuti jejak kaum klasik bahwa permintaan uang untuk tujuan
transaksi tergantung pada pendapatan. (Goldfeld, 1990:308)
Ø Permintaan uang untuk tujuan
spekulasi
Permintaan
uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas
untuk tujuan atau motif spekulasi. Alasannya:
a. Apabila
tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas semakin kecil.
b. Bahwa
masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal.
Ketergantungan
permintaan uang untuk spekulasi dinyatakan oleh L2, atas suku bunga dalam
gambar diatas. Kurva L2L2, condong menurun, mencerminkan hubungan terbalik
antara permintaan uang untuk spekulasi dan suku bunga (Goldfeld, 1990:309).
Keynes
mengakui bahwa masyarakat bisa memilih untuk menyimpan saldo uang melebihi
kebutuhan untuk tujuan transaksi karena keinginannya untuk menyimpan aktiva
yang benar-benar bebas dari resiko (depresiasi) dilihat dari segi uang. Saldo
yang memenuhi fungsi penyimpan nilai (Store of Value) merupakan permintaan uang
untuk spekulasi.
Permintaan
uang untuk spekulasi oleh Keynes dianggap ditentukan terutama oleh suku bunga.
Bahwa suku bunga yang lebih rendah menyebabkan saldo spekulasi lebih kecil dan
suku bunga yang lebih rendah akan menghasilkan permintaan yang lebih besar akan
saldo spekulasi.
5.
Pengertian
teori kuantitas modern
Friedman tidak bertitik tolak dari pembahasan yang
mendalam mengenai motif-motif memegang uang. Secara umum dianggap bahwa orang
mau memegang uang karena uang adalah salah satu bentuk aktiva (asset) yang
memberikan manfaat karena merupakan sumber daya beli yang liquid (readily
available source of purchasing power). Teori permintaan uang Friedman
menganggap bahwa “pemilik kekayaan” memutuskan aktiva-aktiva apa (termasuk uang
tunai) dan berapa yang akan ia pegang atas dasar perbandingan manfaat
(penghasilan dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk in natura ataupun
“utility”), selera dan jumlah kekayaannya.
Pengertian “kekayaan” dari Friedman mempunyai ciri
khas, yaitu bahwa yang dimasukkan dalam definisi “kekayaan” tidak hanya
aktiva-aktiva yang berbentuk uang atau bisa diubah (dijual) menjadi uang,
tetapi juga nilai (tepatnya,”nilai sekarang” atau “present value”) dari aliran
aliran penghasilan di tahun-tahun mendatang dari tenega kerjanya. Friedman
berpendapat bahwa “kekayaan” tidak lain adalah nilai sekarang dari
aliran-aliran penghasilan yang diharapkan dari aktiva - aktiva yang dipegang.
Konsep “kekayaan” dari Friedman ini merupakan suatu inovasi dalam teori ekonomi
mengenai capital, dan sekaligus merupakan jembatan antara teori permintaan
biasa (untuk barang dan jasa) dengan teori capital.
Pengertian yang kedua adalah konsep “manfaat”.
Manfaat dari setiap bentuk aktiva merupakan faktor pertimbangan dari pemilik
kekayaan untuk memutuskan berapa jumlah dari masing-masing bentuk aktiva yang
akan ia pegang. Disebut diatas bahwa Marginal Rate of Substitution dari suatu
aktiva terhadap aktiva-aktiva lain menurun dengan makin besarnya jumlah aktiva
tersebut yang dipegang. Ini berarti bahwa bila seseorang memegang terlalu banyak
satu bentuk aktiva, misalnya uang maka manfaat marginal dari uang akan menjadi
lebih kecil dari pada marginal returns dari aktiva-aktiva yang lain. Ini
berarti bahwa ia bila ia mengurangi jumlah uang yang ia pegang dan menggantinya
dengan aktiva-aktiva lain berupa obligasi, surat-surat berharga lainnya ataupun
aktiva fisik seperti mobil, rumah, mesin dan sebagainya, maka orang tersebut
akan memperoleh manfaat total yang lebih besar.
Jadi, menurut pandangan Friedman permintaan uang
ditentukan oleh faktor seperti berikut : tingkat harga, suku bunga obligasi,
suku bunga “equities”, modal fisik dan kekayaan mengenai peranan harga dalam
menentukan permintaan uang, Friedman berpendapat dikarenakan memegang uang
adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan. Cara-cara yang lain adalah
menyimpan uang dalam bentuk harta keuangan (financial asset) seperti obligasi,
deposito dan saham, menyimpan dalam bentuk harta tetap (tanah dan rumah) dan
kekayaan manusiawi (Boediono, 2005 : 63). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan uang seperti diatas, teori permintaan yang didasarkan pada teori
kuantitas modern yang dikembangkan oleh Friedman dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
Md
= f (P, r, rFC, Y)
Dimana
:
Md
adalah permintaan uang nominal
P
adalah tingkat harga
r
adalah tingkat suku bunga
rFC
adalah tingkat pengembalian modal fisik
Y
adalah pendapatan dan kekayaan.
Apabila
dipertimbangkan pula pandangan Friedman mengenai permintaan uang riil, maka
persamaan permintaan uang dinyatakan :
Md/P
= f (ΔP, r, Y*)
Dimana
Md/P adalah permintaan uang riil
ΔP
adalah tingkat kenaikan harga
r
adalah tingkat bunga
Y*
adalah nilai pendapatan dan kekayaan riil.
6. Pengertian
teori keynes modern dengan pendekatan inventori dan keseimbangan fortofolio
Perkembangan selanjutnya dari teori keynes didasarkan pada motif transaksi
(W.J Boumol 1952) dan motif spekulasi (James Tobin)
Ø Pendekatan
Inventori/penyediaaan Boumol : Permintaan uang seperti permintaan terhadap
persediaan (Stock) yang setiap saat dipakai untuk memenuhi berbagai keperluan
yang muncul setiap saat, tetapi untuk mengelola diperlukan biaya, maka
diperlukan jumlah persediaan yang optimum (Biaya minimun).
Ø Permintaan
uang untuk transaksi, akan diperoleh manfaat tetapi juga ada biata untuk
memegang uang terdiri dari :
- Biaya
transaksi untuk menukar antara obligasi dengan uang
- Opportunity
cost memegang uang berupa tingkat bunga dari obligasi (r)
·
Penentuan uang kas (persediaan)
yang optimum, yang menghaslkan biaya minimum dijelaskan sbb.
Biaya total untuk memegang uang kas (TC)
terdiri dari biaya perantasa (b. T/C) dan biaya bunga (r. C/2) dengan rumus
: TC - b. (T/C) + r. (C/2)
·
Jumlah Uang Kas yang Optimal (C)
:
(dTC/dC)
= -b. T/C^2 + r/2 = 0
maka
:
C
= (2b T/r)^1/2
·
Uang kas yang ditahan setiap saat
sebesar C/2, maka :
Persamaan permintaan uang kas riil
Md/P = C/2 = 1/2 ( 2 bT/r) ^2 atau Md = 1/2 (2bT/r) ^1/2. P
Implikasi
dari teori Boumol :
- Tingkat bunga mempengaruhi permintaa uang untuk
transaksi karena adanya opportunity cost dalam memegann uang.
- Adanya economies of scale dalam penggunaan uang,
artinya jika ada peningkatan pendapatan ( nilai transaksi, T) maka persentase
kenaikan uang kas yang diinginkan (Md) lebih kecil daripada kenaikan nilai
transaksinya.
- Permintaa uang kas untuk tujuan transaksi
tergantung pada tingkat bunga serta biaya perantara ( teori keynes : permintaan
uang untuk tujuan transaksi hanya tergantung dari pendapatan).
- Perkembangan / kemajuan teknologi yang menyebabkan
turunya ongkos/ biaya transaksi akan mengakibatkan turunya rata-rata kas yang
dipegang oleh individu
- Motif berjaga-jaga dalam permintaan uang. muncul
karena adanya ketidakpastian dalam arus uang masuk dan keluar.
referensi
http://ekaprasetyaa.blogspot.co.id/2013/01/teori-permintaan-uang-menurut-klasik.html
http://stimbedua.blogspot.co.id/2014/12/permintaan-akan-uang-teori-klasik.html
http://www.definisi-pengertian.com/2015/06/pengertian-teori-permintaan-uang.html


Tidak ada komentar:
Posting Komentar